PALMERAH (Pos Kota) – Tabung gas meledak lagi, Rabu (28/4/2010) siang. Kali ini terjadi di rumah pedagang soto ayam di Jatipulo, Jakbar.
Ledakan itu tak hanya merusak bangunan. Suami istri pemilik rumah, Suagianto, 55, dan Sumirah, 50, kini dirawat di RSCM karena luka bakar parah. Sendangkan tetangganya, Siti Rohmah, 35, dan anaknya yang berusia 6, Sadewa, dibawa ke rumah sakit.
Ledakan di rumah Sugimin, 55, di Jl. Jalan Sawo, RT 05/09 Jatipulo, terjadi sekitar Pk. 13:00. “Sejak pagi saya sudah mencium bau gas dari rumah Pak Sugimin. Tapi karena bapak itu sama istrinya sedang dagang saya menunggu sampai mereka pulang,” ungkap Siti Rohmah, tetanga korban, usai mendapat pertolongan di RS Tarakan. Menurutnya, suami istri tetangganya itu setiap hari berjualan soto ayam tak jauh dari Polda Metro Jaya.
NYALAKAN KOMPOR
Usai memeriksa rumah tempat ledakan terjadi dan meminta keterangan sejumlah saksi, Kanit Reskrim Polsek Palmerah, Iptu Sugengm, mengatakan sepulang dagang bersama suami, Sumirah menyalakan kompor minyak tanah.
“Diperkirakan, api dari kompor itu langsung menyambar gas yang bocor dari tabungnya dan telah memenuhi ruangan dapur,” katanya. “Saat itulah terdengar ledakan yang disusul semburan api hingga dapur terbakar.”
Ledakan itu membuat Sumirah dan Sugimin luka bakar.
Ledakan dan api kebakaran itu juga membawa Siti Rohmah dan Sadewa, anak, ikut terluka. Ibu dan anak itu berteriak meminta tolong. Sedangkan pasangan tukang soto itu terkapar. Keduanya langsung dilarikan ke RS Tarakan. Namun, luka yang parah membuat mereka dirujuk ke RSCM.
Namun Siti Rohmah yang harus dirawat menolak dibawa ke RSCM. “Saya tidak apa-apa kok. Saya tidak sanggup dirawat lama-lama di rumah sakit karena tidak punya uang. Apalagi saya masih punya bayi dua bulan di rumah,” katanya seraya menatap Sadewa yang sudah berlarian di rumah sakit.
GAGAL NAFAS
Selain suami istri tukang soto, di ruang Pelayanan Khusus Luka Bakar RSCM masih terbaring Iswardi, korban ledakan di kemayoran, Jakpus, dam Siti Maesaroh, korban ledakan di Cakung, Jaktim. Silvi, anak Mawesaroh menininggal pada Selasa (27/4) malam.
Nanan, ayah Silvi, hanya bisa pasrah menerima kepergian anaknya. Matanya terus berkaca-kaca karena duka. Terlebih sang istri, Siti Maesaroh, juga masih terbaring kritis tak sadarkan diri di RSCM karena luka kabar yang sama. Upaya Pos Kota meminta keterangan ditolak dengan alasan dalam keadaan berkabung.
Sedangkan Iswardi kondisinya membaik. “Alhamdulillah kondisinya sudah baikan, tadi dia minta makan dengan pecel lele,” ujar Maman, kerabat korban.
Meski demikian, sambungnya, dokter meminta Iswardi untuk tetap beristirahat. Itu makanya, keluarga bersepakat untuk tidak memberitahu kabar Purwanti, istrinya, yang meninggal tiga hari lalu.
Dr A.Antaria, Humas RSCM, mengatakan Silvi meninggal sekitar Pk. 21:00. “Diduga akibat gagal pernafasan karena luka bakar di tubuhnya mencapai 80 persen,” katanya.
Meninggalnya Silvi menambah daftar panjang korban tewas akibat ledakan tabung gas elpiji. Sampai kemarin, Pos Kota mencatat terhitung pertengahan April sampai kemarin tercatat 12 ledakan tabung gas elpiji yang memakan korban tewas enam orang.
SALAH PRODUKSI
Direktur Eksekutif Himpunan Masyarakat Konsumen Gas Indonesia (Himkogasi), Viktus Murin, mengatakan ledakan tabung gas 3 kg karena proses produksi yang salah. “Saya menduga ada kecurangan dalam produksi yang mengabaikan standar kualitas tabung sehingga merugikan rakyat,” katanya.
Himkogasi telah menginvestigasi beberapa kejadian ledakan tabung gas 3 Kg di berbagai tempat. Kesimpulannya kecelakaan itu umumnya akibat fisik tabung yang tidak sesuai standar bahan baku pembuatan.
“Pasal 26 UU 5 tahun 1984 dan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan 128 tahun 2008 mewajibkan produsen tabung gas 3 Kg menggunakan plat standar 295 dab valve standar, tapi yang meledak kemungkinan tidak menggunakannya sehingga sangat mungkin tidak memenuhi SNI.”
Dia berharap masyarakat pengguna tabung gas menyampaikan keluhannya tentang ketidaknyamanan dan ketidakamanan penggunaan tabung gas agar dapat ditelusuri penyebabnya.
Sementara itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) meminta Pertamina dan pengusaha stasiun pengangkutan dan pengisian bulk dan elpiji (SPPBE) selalu mengganti siil (karet katub) sebelum mengisi kembali tabung gas kosong.
Menurut Inayat Imam, Direktur Pengawasan Barang Beredar Kemendag, penggantian karet katub ini wajib karena komponen ini mudah rusak. “Apalagi setiap kali terjadi kebakaran selalu diawali kebocoran, bukan tabungnya yang meledak,” katanya.
sumber http://haxims.blogspot.com/2010/04/tabung-gas-3-kg-salah-produksi-tabung.html
adakah kode expired penggunaan tabungnya ?
BalasHapus