Ilustrasi (Foto: bashkirbeehoney)
Jakarta, Bakteri pneumokokus yang dapat menimbulkan beberapa penyakit berat pada bayi, ternyata kebal terhadap banyak antibiotik. Jika bayi sudah terkena bakteri pneumokokus akan sangat sulit pengobatannya.
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) atau pneumokokus adalah bakteri yang paling umum menyebabkan meningitis (radang selaput otak) pada bayi ataupun anak-anak.
Jenis bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit berat seperti infeksi pneumonia (radang paru), bakteremia dan sepsis (bakteri dalam darah), serta infeksi telinga dan rongga hidung (sinus).
Meningitis, bakteremia dan pneumonia adalah momok bagi bayi dan balita. Penyakit akibat bakteri pneumokokus ini merupakan pembunuh terbesar bayi dan balita di dunia (WHO, Juni 2003).
Bakteri pneumokokus hidup dan diam di tenggorokan individu yang sehat, baik bayi, balita dan orang dewasa. Bila daya tahan tubuh tidak kuat, terutama pada bayi, bakteri tersebut akan masuk ke dalam tubuh menuju paru (menyebabkan pneumonia), darah (bakteremia, sepsis) dan otak (meningitis).
"Bakteri ini menjadi sangat ganas karena tubuhnya dilindungi oleh semacam kapsul yang resisten (kebal) terhadap banyak antibiotik," ujar Dr Hardiono Pusponegoro, Sp.A(K), Staf Divisi Syaraf Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dalam acara Konferensi Media tentang Hari Meningitis Sedunia yang bertema "Jangan Ambil Risiko, Ajak Setiap Ibu untuk Melindungi Buah Hatinya", Jakarta, Kamis (22/4/2010).
Apabila tenggorokan bermasalah atau mengalami gangguan, bakteri pneumokokus akan masuk ke tubuh, dan sistem kekebalan tubuh kita tidak mampu melawannya, bahkan dengan antibiotik sekalipun.
Bakteri ini sangat mudah menyebar dan ditularkan melalui udara ketika batuk, bersin, juga melalui percikan ludah.
Setiap bayi berisiko tertular bakteri pneumokokus sejak mereka dilahirkan, yaitu 60 persen dari saudara kandung dan 12 persen dari ibu. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya kematian bayi dan balita karena penyakit pneumokokus.
Menurut Dr Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, Sekretaris Satgas Imunisasi PP-IDAI dan Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
Nutrisi
Dengan pemberian ASI, makanan lengkap dan seimbang, vitamin A, Zinc, dan lainnya.
Perilaku hidup sehat
Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) atau pneumokokus adalah bakteri yang paling umum menyebabkan meningitis (radang selaput otak) pada bayi ataupun anak-anak.
Jenis bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit berat seperti infeksi pneumonia (radang paru), bakteremia dan sepsis (bakteri dalam darah), serta infeksi telinga dan rongga hidung (sinus).
Meningitis, bakteremia dan pneumonia adalah momok bagi bayi dan balita. Penyakit akibat bakteri pneumokokus ini merupakan pembunuh terbesar bayi dan balita di dunia (WHO, Juni 2003).
Bakteri pneumokokus hidup dan diam di tenggorokan individu yang sehat, baik bayi, balita dan orang dewasa. Bila daya tahan tubuh tidak kuat, terutama pada bayi, bakteri tersebut akan masuk ke dalam tubuh menuju paru (menyebabkan pneumonia), darah (bakteremia, sepsis) dan otak (meningitis).
"Bakteri ini menjadi sangat ganas karena tubuhnya dilindungi oleh semacam kapsul yang resisten (kebal) terhadap banyak antibiotik," ujar Dr Hardiono Pusponegoro, Sp.A(K), Staf Divisi Syaraf Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, dalam acara Konferensi Media tentang Hari Meningitis Sedunia yang bertema "Jangan Ambil Risiko, Ajak Setiap Ibu untuk Melindungi Buah Hatinya", Jakarta, Kamis (22/4/2010).
Apabila tenggorokan bermasalah atau mengalami gangguan, bakteri pneumokokus akan masuk ke tubuh, dan sistem kekebalan tubuh kita tidak mampu melawannya, bahkan dengan antibiotik sekalipun.
Bakteri ini sangat mudah menyebar dan ditularkan melalui udara ketika batuk, bersin, juga melalui percikan ludah.
Setiap bayi berisiko tertular bakteri pneumokokus sejak mereka dilahirkan, yaitu 60 persen dari saudara kandung dan 12 persen dari ibu. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya kematian bayi dan balita karena penyakit pneumokokus.
Menurut Dr Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si, Sekretaris Satgas Imunisasi PP-IDAI dan Ahli Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:
Nutrisi
Dengan pemberian ASI, makanan lengkap dan seimbang, vitamin A, Zinc, dan lainnya.
Perilaku hidup sehat
- Tutup mulut atau hidung ketika batuk dan bersin
- Hindari mencium bayi dengan mulut
- Hindari infeksi virus berulang (flu berulang-ulang)
- Hindari polusi seperti asap rokok dan asap dapur
Vaksinasi dan imunisasi
- Dengan rutin imunisasi: BCG, DTP, Campak, Hib, Influenza
- Serta yang penting vaksinasi pneumokokus: PCV 7 dan PCV 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar pada artikel ini