Cari Artikel
Jumat, 17 September 2010
Pelajaran Setelah di Putus Pacar
Cinta memang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas. Paling tidak, cinta mewarnai dunia yang dirundung semakin banyak perang ini. Namun cinta tidak selalu berwarna segar, ceria, dan menggelora. Karena lewat cinta, warna-warna sendu juga bisa muncul. Terutama kalau sehabis diputus oleh pasangan. Sebenarnya, akhir kisah cinta tidak selalu menyedihkan. Tapi, supaya tulisan ini lebih melankolis, tulisan ini akan khusus bicara soal hikmah dari kisah cinta yang dialami seorang teman dan berakhir duka. Lagi pula, biasanya no pain, no gain, ‘kan?
Tidak gampang memang menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Terutama bila berhubungan dengan orang yang kita sayangi. Hanya segelintir saja yang tahu bahwa sebenarnya kita, para pria, bisa sangat melankolis dalam hal yang satu ini. Bahkan, terkadang proses yang kita jalani untuk hadapi kenyataan pahit ini tidak ada bedanya dengan Anda.
The We are OK, Im fine
Kami baik-baik aja, kok. Komentar seperti ini (atau yang mirip-mirip) sering sekali keluar. Ada keinginan dari hati yang paling dalam untuk tetap menjalani aktivitas seperti biasa, seperti tidak ada yang berubah, seperti tidak ada masalah. Masih berkirim SMS walaupun sudah tidak pernah dapat balasan atau malah sudah di black list. Masih mengikuti jadwal menjemput di kampus atau di kantor seperti biasa. Pokoknya, benar-benar seperti tidak ada perubahan.
Ada juga yang berpikir begini: Tenang saja. Keadaannya masih aman dan terkendali atau Biasa, deh. Lagi ngambek musiman. Nanti juga baikan lagi. Mungkin karena saking seringnya si wanita mengucapkan kata putus, si pria akan merasa proses ini seperti siklus yang nantinya akan kembali normal. Padahal, yang sesungguhnya terjadi adalah We are not OK and I am F.I.N.E (Frustrated Insecure Neurotic Emotional).
Betul sekali. Inilah tahap penyangkalan atau enggan menerima kenyataan. Bisa jadi karena akal dan hati tak lagi nyambung. Kenyataannya sudah putus, tapi hati masih belum mau terima. Biasanya, bila tahap denial ini makan waktu terlalu lama, bakal ada negative excess terhadap berat badan dan kesehatan, atau perilaku.
The Why is it happening to me?
Berikutnya adalah tahap pain or anger, tergantung dari karakter orangnya. Si pria sudah get the message kalau si wanita sudah tidak mungkin balik lagi. Namun jauh di alam bawah sadar, ia masih belum benar-benar menerima bahwa hatinya telah disakiti. Beberapa akan merasakan sedih yang luar biasa. Kadang disertai dengan aneka lagu bernuansa break-up, yang seakan melengkapi penderitaannya. Beberapa justru memberontak dengan rasa marah. Entah itu terhadap pasangan, keadaan yang bikin mereka putus, atau bahkan terhadap diri sendiri. Bila sudah begini, soundtrack mereka biasanya berkisar antara musik keras atau lagu disko yang tidak jelas juntrungannya.
Pada tahap ini perilaku pria bisa beda-beda. Dari yang sebal melihat wanita sampai yang langsung mengejar target lain, menarik diri dari pergaulan, sampai menenggelamkan diri ke pekerjaan. Di kondisi inilah istilah F.I.N.E. (Frustrated, Insecure, Neurotic, Emotional) bisa benar-benar terwujud. Frustrated atau frustasi terjadi karena lelah terus berlari dari masalah, sementara marah timbul lebih dikarenakan keadaan tidak kembali sesuai keinginannya. Perasaan ini sangat melelahkan; betul-betul bikin stres dan menyerap energi. Insecure atau tidak percaya diri terlihat di saat berusaha menjalin hubungan serius lainnya. Sementara neurotic adalah kondisi saraf yang terganggu. Tenang, bukan berarti saya lantas jadi gila. Tapi, tingkah laku seorang pria bisa mulai berubah aneh akibat pengaruh alam bawah sadarnya, seperti sering menyendiri dan tidak bisa tidur. Yang terakhir: emotional atau perasaan yang sensitif dan berlebihan. Akibatnya? Cepat marah atau sering menangis.
Cara paling jitu untuk mempercepat proses ini sebenarnya adalah banyak curhat atau paling tidak: bergaul. Dengan mencurahkan perasaan, seorang pria justru akan banyak mendapat curhat balasan dari orang lain. Pengalaman mereka akan membuat ia sadar bahwa ternyata hidup memang seperti puzzle. Terkadang, mereka tersadar bahwa masalahnya ternyata biasa-biasa saja dibanding masalah orang lain.
The Well, thats life
Tahap ini merupakan masa ketika seorang pria benar-benar berhenti berlari dan berbalik menghadapi kenyataan. Setelah masa susah tidur, cepat marah, dan sakit hati berlalu, ia baru sadar bahwa hidup tetap berjalan terus dan dua tahap sebelumnya tidak membuat hidupnya menjadi baik. Di tahap ini, ia sudah mulai berusaha menghadapi sakitnya rasa rindu setiap bangun pagi, berdebar-debar setiap menerima sebuah SMS, dan mulai terbiasa dengan rutinitas baru. Perasaan kangen, kecewa, marah yang tadi terasa berat mulai terasa biasa, sampai akhirnya tiba ia menikmati proses berikutnya: Proses penyembuhan.
The What a wonderful life
Di tahap ini, seorang pria sudah bisa menertawakan kelakuan-kelakuannya sewaktu menerima kabar buruk itu. Sudah mulai bergaul lagi, kembali aktif tanpa hawa pelampiasan, dan mulai mencari pasangan lain. Pada masa penyembuhan inilah kejadian dan kesalahan lalu menjadi pembelajaran. Prosesnya bisa jadi bersumber dari perenungan yang tak tanggung-tanggung.
Siapa juga yang mau masuk lubang yang sama dua kali? Karenanya, secara psikologis seorang pria akan berusaha membentengi diri dengan beberapa pemahaman dan aturan baru dalam berbagai hal. Ada pria yang menganggap hal ini terjadi akibat karmanya yang pernah menyakiti hati seorang wanita . Ada juga yang menganggap semua ini adalah pertanda bahwa mungkin tipe yang dia cari bukanlah yang selama ini dia kejar. Tapi, ada juga pria yang cuek saja jalan terus dan berkata, Saya lagi apes saja!
Moral of the Break Up
Pembelajaran yang paling seru sebenarnya adalah pada saat mulai melihat pola bagaimana memilih pasangan. Karena ini terkait sekali dengan kehidupan seperti apa yang ingin dijalani nanti. Dan, tidak berhenti sampai di situ saja. Karena pertanyaan berikut yang muncul adalah menentukan cara dalam berusaha menjalaninya. Puluhan pertanyaan pun kemudian timbul satu per satu.
Sebenarnya, bisa saja mengacuhkan semua pembelajaran ini. Tapi kalau diperhatikan, malah cenderung mengulangi kesalahan yang sama walau situasinya berbeda. Dan, itu sangat melelahkan. Akhirnya, pelan-pelan mulai berbagi dengan banyak orang yang dipercayai.
Pembelajaran dari kejadian itu tidak berhenti sampai kita mulai menjalani proses penyembuhan dan benar-benar sembuh. Tapi pembelajaran itu terus ada sampai saat ini. Pemahaman dari berbagai kejadian masa lalu membuat saat kini justru semakin menarik untuk dijalani. Sambil kemudian kita berusaha memperbaiki kekurangan diri. Jadi, life must go on..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hmmh gitu, kasian donk mantan gw, but life goes on :)
BalasHapusowmmmm . . . gitu towh
BalasHapus