Atas dorongan niat baik dan demi kebenaran, maka sudilah kita sama-sama menyimak foto-foto lengkap perampokan Bank CIMB Niaga Medan, Rabu (18/8). Ada banyak interpretasi yang muncul atas foto-foto tersebut dan fotografer pembuatnya. Maka atas bantuan Taufan Wijaya, pewarta foto Harian Tribun Medan berhasil diperoleh foto-foto lengkap peristiwa tersebut.
Demi menjaga keselamatan jiwa fotografer, maka kita sebut saja inisial X sebagai pengganti nama fotografernya. Selepas kejadian X berinisiatif memberikan foto-foto yang dibuatnya tersebut kepada media.
Hal tersebut ditunjukkan X dengan menghampiri tempat kumpul wartawan Medan di sebuah warung kopi di tengah kota, tak lama setelah kejadian usai. Siang itu kebetulan hanya ada 1 wartawan sebuah media cetak yang ada di sana. Konon, foto-foto tersebut diserahkan dalam bentuk cakram padat. X berpesan agar foto tersebut disebarluaskan demi kepentingan kebaikan, dan ia tak minta imbalan.
“Sayangnya kawan kami itu hanya memakai foto tersebut untuk medianya. Kami, wartawan media-media lain harus mencari dan mengontak fotografernya sendiri untuk mendapatkan foto-foto itu,” papar Taufan, yang dihubungi via telepon, Senin (23/8). Jadi, pada hari kejadian, hanya media tersebutlah yang mempublikasikan foto-foto perampokan.
Fotografer itu berhasil dikontak, dan wartawan mendapatkan foto-foto lengkap. Barulah pada Kamis (19/9) malam media-media lain mempublikasikan foto-foto perampokan. Terhitung ada 76 foto yang diperoleh. Sebanyak 5 file foto sudah dinamai ulang, sementara sisanya masih bernama file asli.
Dari 76 foto, mayoritas dibuat dengan format horisontal dan hanya 3 yang dibuat dalam format vertikal. Diperkirakan, dalam posisi bersembunyi, akan menarik perhatian jika fotografer menggerakkan kameranya. Selain itu, alih-alih memikirkan format foto, perhatian fotografer tentu dipusatkan pada momen-momen yang sedang berlangsung dan merekamnya secara correct exposure dan fokus akurat.
Sayang fotografer tersebut belum bisa saya kontak langsung untuk mengkonfirmasi banyak hal. Apalagi file-file foto yang diserahkan ternyata sudah di-resize. Lebih parah lagi, EXIF data lenyap dalam proses resize. Alhasil, tanggal dan jam foto sudah tak ada. Mustahil pula mengetahui tipe kamera secara akurat dan lensa yang dipakai. Meski sebenarnya dari nama file sudah bisa diketahui merk kameranya.
Dalam situasi darurat dan keselamatan dipertaruhkan, perlu konfirmasi fotografer perihal motivasi me-resize foto dan waktu yang dihabiskan untuk itu. Data-data EXIF lain, seperti focal length, ISO, kecepatan rana dan diafragma, juga bisa berbicara banyak. Masih banyak hal yang perlu konfirmasi dari sumber pertama, fotografer yang membuat foto-foto tersebut.
Meski demikian, foto-foto tersebut sudah berhasil menyampaikan pesan kepada publik perihal ketegangan yang terjadi. Meski tak bisa bersuara, foto-foto itu sudah berbicara banyak. Bahwa 16 perampok tersebut semua memakai helm berkaca gelap, informasi jenis kendaraan para perampok mencakup warna, tipe dan nomor polisinya berhasil terekam baik oleh foto-foto itu. Dalam foto terlihat jelas pula jenis dan tipe senjata para perampok.
Tanpa kehadiran foto-foto ini, publik tentu hanya memirsa foto gedung bank yang ramai kerumunan orang dan dibatasi garis kuning polisi. Polisi juga terbantu dalam proses identifikasi dengan kehadiran foto-foto ini. Kita pun belajar, bahwa kamera adalah alat ampuh untuk berbagai keperluan. Kita tak pernah tahu peristiwa yang akan terjadi, apalagi tempat dan waktu kejadian. Siapapun yang sedang membawa kamera, jika berada di tempat dan saat yang tepat, bisa menjadi mata dunia dan memberitakan peristiwa.
Saya tetap bersikukuh untuk bisa mengkonfirmasi banyak hal langsung kepada X, fotografer yang membuat semua foto peristiwa perampokan Bank CIMB Niaga di Jl Aksara, Medan. Demi kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar pada artikel ini