Cari Artikel

Rabu, 30 Juni 2010

Akan Kemana sampah Elektronik Kita?

Masyarakat saat ini sudah akrab dengan kebiasaan mengganti barang-barang elektronik seperti komputer, hp, laptop, televisi, atau radio. Namun pernahkah terlintas dalam pikiran kita, akan kemana barang2 bekas yang sudah kita buang itu?

aamboyz.blogspot.com

Emang sih sebenarnya kebiasaan mengganti barang elektronik bukan lantas membuang yang lama ke tempat sampah, melainkan dijual ke orang lain. Tapi proses itu tetep akan ada akhirnya, jadi akan selalu menghasilkan apa yang disebut sebagai sampah elektronik (e-waste). Kita selalu tergiur dan terpaku dengan barang2 baru, sehingga yang lama mau tidak mau harus menjadi sampah.

Awalnya sih aku ga terlalu ambil pusing dengan masalah ini, toh paling tingkat volume sampahnya juga ga gede2 banget. Tapi ternyata perkiraanku salah besar. Sampah elektronik di dunia ini luar biasa besarnya. Menurut U. S Environtmental Protection Agency, diperkirakan 30 hingga 40 JUTA komputer (PC) di AS tiap tahun menjadi sampah (National Geographic edisi Januari 2008). Itu baru AS, belon negara2 lainnya seperti misalnya Jepang, China, ataupun Indonesia. Itu juga baru komputer, belon HP, TV, DVD, printer, dsb… Gilaaaa. Bayangin aja betapa besarnya sampah elektronik di dunia ini. Luar binasa…

Tingginya volume sampah elektronik tidak terlepas dari sifat barang elektronik yang memang sangat cepat kadalauwarsa. Baru sebulan yang lalu kita dihadirkan televisi, laptop, ataupun HP berteknologi canggih, sebulan berikutnya sudah ada lagi yang lebih canggih. Jelas masyarakat akan meninggalkan produk-produk yang lama. Contoh sederhananya, banyak diantara kita yang selalu cepet bosan dengan HP yang kita punya dan selalu ingin membeli produk2 terbaru yang lebih canggih.

Padahal sampah2 elektronik sangat berbahaya dan sulit untuk diolah, sebab mengandung banyak racun. Namanya aja sampah teknologi tinggi, jadi pengolahannya juga membutuhkan teknologi yang ga kalah tinggi. Tapi taukah anda teman-teman, kebanyakan sampah2 itu diolah dengan cara yang sangat sederhana dan berbahaya!

Adalah Accra, ibu kota Ghana yang menjadi salah satu tempat pembuangan sampah elektronik dunia. Seperti yg kita tau, Ghana adalah negara miskin, dan negara2 maju (terutama dari Eropa) dengan kurang ajarnya membuang ke situ. Jadi istilahnya negara maju membayar negara miskin supaya mau jadi tempat sampahnya. Ya jelas negara semacam Ghana dengan senang hati menerima uang itu, lah wong dia butuh banget…

Kebanyakan penduduk Accra juga seneng banget dengan sampah2 elektronik yg masuk, sebab mereka bisa mendapatkan uang dari situ. Kabel2 dibakar hingga menghasilkan tembaga yg bisa dijual, dan sirkuit-sirkuit (PCB) dikerok lalu dipanaskan sampai menjadi cair. PCB banyak mengandung emas dan tembaga mahal. Nah, ini yg aku maksud dengan cara2 pengolahan yg sederhana dan membahayakan.

Salah satu bagian kota Accra, yaitu di pasar Agbogbloshie, gulungan2 asap hitam seolah sudah menjadi pemandangan harian. Di situ terjadi proses pembakaran kabel2 secara manual untuk mendapatkan isi tembaganya. Racun-racun seperti dioksin, kadmium, karsinogen yang merusak paru-paru dan ginjal begerilya bersamaan dengan membumbungnya asap hitam pekat ke langit. Pemuda-pemuda berperut buncit dan berkulit hitam berduyun2 menggotong gulungan kabel dan sampah elektronik, kemudian membakarnya. Mereka seolah tidak perduli dengan berbagai resiko penyakit yg bisa muncul akibat dari proses pengolahan itu.

Di New Delhi, India, pemrosesan e-waste informal adalah bisnis yang biasa. Dengan berbekal PCB, kompor, dan wajan, mereka bisa mendapatkan uang dari lelehan emas PCB. Kebanyakan wajan itu telah terkontaminasi racun PCB, dan kerap kali digunakan juga untuk memasak. Mengerikan…

Memang saat ini udah banyak negara2 yang sudah melarang pengiriman sampah2 elektronik ke negara miskin. Mereka mewajibkan diri agar sampah elektronik diolah sendiri dengan menggunakan teknologi yg memadai. Tapi teknologi tersebut ternyata begitu mahal, jauh lebih murah dengan membuang sampahnya ke negara miskin saja. Hal tersebut kemudian melanggengkan keberadaan fenomena pembuangan e-waste ke negara miskin.

Ini adalah masalah, dan Jalan keluar yang paling bijak mungkin adalah dengan menghambat produksi e-waste. Pertanyaannya, sudah puaskah kita dengan HP, komputer, ataupun laptop yang kita punya sekarang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri komentar pada artikel ini

Related Posts with Thumbnails