Lebih dua ratus tahun silam, pada September 1745 kapal milik Swedish East India Company (Svenska Ostindiska Companiet atau SOIC) bernama Gotheborg menghantam karang di kawasan luar pelabuhan Gothenburg, Swedia. Kapal ini tenggelam setelah melakukan beberapa misi dagang ke wilayah Tiongkok selama enam tahun.
Kapal Gotheborg adalah salah satu kapal dalam armada dagang SOIC. Sejak SOIC didirikan pada 1731 sampai tahun 1821 saja sudah melakukan 132 ekpedisi dan misi dagang. Dalam kurun waktu ini tercatat delapan kapal dinyatakan hilang atau tenggelam.
Namun satu dari sekian kapal yang tenggelam itu, Kapal Gotheborg dianggap yang paling menyedihkan. Betapa tidak, kapal itu justru karam saat sudah berada di Alvsborg Fortress tepat di gerbang masuk pelabuhan Gothenburg. Walau seluruh kru kapal dan sebagian muatannya berhasil diselamatkan, kapal itu sama sekali tidak tertolong dan terpendam di dasar laut selama 250 tahun.
Pada Maret 1743 kapal Gotheborg sandar di teluk kepulauan Swedia barat persis bersebelahan dengan kepulauan Styrso. Saat itu di awal musim semi dan kapal ini tengah menanti angin berhembus yang bisa mengantarkannya ke luar dari Laut Utara.
Segera Kapten Moreen memberikan perintah untuk berangkat menuju tujuan mereka yang terakhir. Tujuan tersebut adalah Canton (Guang Zhou), di daratan Tiongkok.
Akhirnya kapal ini berlayar dan selama dua setengah tahun dan tak seorangpun yang pernah mendengar apa-apa tentang kapal ini. Dalam catatannya disebut bahwa kapal agak terlambat pulang karena meleset dari jadwal. Sambil menunggu angin muson India, Gotheborg lego jangkar di Batavia selama enam bulan.
Kapal Gotheborg adalah salah satu kapal dalam armada dagang SOIC. Sejak SOIC didirikan pada 1731 sampai tahun 1821 saja sudah melakukan 132 ekpedisi dan misi dagang. Dalam kurun waktu ini tercatat delapan kapal dinyatakan hilang atau tenggelam.
Namun satu dari sekian kapal yang tenggelam itu, Kapal Gotheborg dianggap yang paling menyedihkan. Betapa tidak, kapal itu justru karam saat sudah berada di Alvsborg Fortress tepat di gerbang masuk pelabuhan Gothenburg. Walau seluruh kru kapal dan sebagian muatannya berhasil diselamatkan, kapal itu sama sekali tidak tertolong dan terpendam di dasar laut selama 250 tahun.
Pada Maret 1743 kapal Gotheborg sandar di teluk kepulauan Swedia barat persis bersebelahan dengan kepulauan Styrso. Saat itu di awal musim semi dan kapal ini tengah menanti angin berhembus yang bisa mengantarkannya ke luar dari Laut Utara.
Segera Kapten Moreen memberikan perintah untuk berangkat menuju tujuan mereka yang terakhir. Tujuan tersebut adalah Canton (Guang Zhou), di daratan Tiongkok.
Akhirnya kapal ini berlayar dan selama dua setengah tahun dan tak seorangpun yang pernah mendengar apa-apa tentang kapal ini. Dalam catatannya disebut bahwa kapal agak terlambat pulang karena meleset dari jadwal. Sambil menunggu angin muson India, Gotheborg lego jangkar di Batavia selama enam bulan.
Di Batavia, SOIC juga melakukan perdagangan dan memasok rempah-rempah untuk dibawa kembali ke Eropa. Selama tiga kali pelayarannya bolak balik Swedia-Tiongkok, Gotheborg memang selalu singgah di Batavia. Setelah beristirahat dan melakukan perbaikan kapal, Gotheborg kembali berlayar dari Batavia.
Perjalanan pulang mereka melintasi Samudera Hindia dan Samudera Atlantik memakan waktu yang lama. Dalam jadwal semestinya kapal itu sudah kembali hampir setahun yang lalu.
Lantas di pagi hari 12 September 1745 kapal ini muncul di horizon luar Pelabuhan Gothenburg. Seluruh kru yang sudah bosan dalam pelayaran bersorak, namun tiba-tiba terdengar suara hentakan keras. Kapal ini menghantam karang dan menenggelamkannya.
Diperkirakan 100 ton kargo (rempah, sutera, gula, keramik, keping emas dan perak) ini ikut tenggelam. Tragedi ini ternyata menimbulkan tanda tanya. Apakah memang kapal ini benar-benar menabrak karang? Pertanyaan itu terus bergema selama dua abad. Sejauh ini, penyebab bencana masih misteri. Apa yang sebenarnya terjadi masih belum jelas. Meski sejumlah arsip menemukan dokumen-dokumen yang hilang, rumor tetap saja mengatakan ada sesuatu yang salah.
Penggalian Puing Gotheborg
Tenggelamnya Kapal Gotheborg, menimbulkan pertanyaan besar. Apakah kapal ini benar-benar mengalami kecelakaan atau karena kesengajaan, atau… Selama 250 tahun bangkai kapal tersebut terkubur di dasar laut bersama rahasianya.
Sampai akhirnya, pada tahun 1985, Kapal Gotheborg ditemukan kembali di dasar laut wilayah Swedia. Penemuan itu terjadi secara tak sengaja oleh seorang penyelam amatir. Penemuan bangkai kapal ini menjadi topik hangat berita dunia, karena merupakan bagian dari sejarah maritim perdagangan Swedia dan Kota Gothenburg ke wilayah Tingkok (kini RRC).
Dalam kurun waktu 1986-1992, penggalian kembali sisa-sisa kapal tersebut dilakukan. Dari area penggalian di dasar laut, pecahan dan bangkai kapal dikumpulkan beserta muatan kargonya yang turut tenggelam.
Sembari melakukan penelitian dan penggalian, muncul gagasan untuk membangun replika Kapal Gotheborg. Gagasan untuk membangun ulang kapal sesuai dengan bentuk aslinya itu dimulai sejak Juni 1993 dan akhirnya selesai pada Juni 2003. Seluruh pekerjaan itu dilakukan di galangan kapal Terra Nova di Eriksberg.
Selama sepuluh tahun, replika Kapal Gotheborg dengan menggunakan skala 1:1 akhirnya berhasil diselesaikan. Dua tahun setelah diluncurkan ke laut, kapal tersebut dijadwalkan untuk mengulang jejak sejarah 260 tahun lalu, yakni jalur pelayaran Silk Road on the Sea.
Pelayaran replika Kapal Gotheborg ini juga sekaligus untuk mem peringati 55 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Swedia dan RRC. Bahkan saat pembangunan kapal tersebut, beberapa pejabat RRC termasuk Menteri Luar Negeri dan Wakil Perdana Menteri Wu Yi pernah melakukan kunjungan ke galangan kapal tersebut.
Berbeda dengan armada kapal dagang lainnya seperti Portugis, Spanyol, Belanda atau Inggris, armada dagang SOIC justru disambut meriah dan tetap dikenang sebagai armada dagang "damai" di kawasan Asia khususnya di RRC dan Indonesia.
Kapal replika Gotheborg ini dibangun ulang dengan menggunakan material dari kayu dan dibentuk persis dengan aslinya. Termasuk bagian dek, kabin, bahkan tampilan keseluruhannya. Bedanya, kapal replika ini dilengkapi dengan peralatan navigasi modern, dua mesin Volvo Penta 2 X 22 kWh.
Performa umumnya, kapal replika ini berukuran panjang 58,5 meter (termasuk bowsprit), lebar 11 meter, berbobot 1.150 ton dengan kecepatan jelajah 5- 6 knot (9-11 km/jam) dengan kecepatan maksimum 8 knot (15 km/jam). Selain itu kapal replika ini juga dilengkapi dengan 14 canon (meriam) untuk penembakan penghormatan (salute), sementara kapal aslinya yang tenggelam 260 tahun lalu memiliki 30 buah canon (meriam) dalam beberapa varian kaliber. Artileri kapal itu dulunya hanya digunakan untuk beladiri mengantisipasi kemungkinan serangan kapal-kapal bajak laut (pirates) atau buccaneers (perompak).
Ekspedisi jejak sejarah Gotheborg ini dilepas oleh Raja Swedia Karel Gustaf pada 2 Oktober 2005. Kapal ini berlayar dengan 80 awak kapal, 50 di antaranya pelaut baru.
Dulunya di abad 18, dalam pelayaran dagang SOIC, Gotheborg biasanya mengangkut bahan mentah berupa besi dan kayu. Barang muatan ini akan dijual di Cadiz (Spanyol) untuk mendapatkan mata uang perak (piastres) Spanyol. Mata uang inilah yang digunakan membeli produk-produk Tiongkok yang sangat diminati oleh orang-orang Eropa seperti sutera, keramik/porselin, teh, tumbuhan obat. Namun saat singgah di Batavia dan Jawa, kapal ini juga membeli muatan tambahan berupa rempah-rempah.
Sementara bagi orang-orang Tiongkok pada masa itu, barang-barang Eropa umumnya kurang menarik, mereka justru lebih berminat pada koin-koin perak dan produksi barang-barang yang terbuat dari logam. Ketertarikan yang berbeda terhadap komoditi ini tentunya menghasilkan surplus di kedua belah pihak.
Bayangkan saja, saat Gotheborg tenggelam, sebagian barang-barang yang selamat langsung di lelang di dermaga. Hasil lelang itu bahkan sudah memberi keuntungan pada SOIC sebesar 14%.
Namun pelayaran kapal replika Gotheborg bukanlah untuk misi dagang, melainkan untuk mengenang jejak sejarah misi dagang SOIC Swedia dan mengulang jalur pelayaran Silk road on the Sea, termasuk jalur pelayaran Laksaman Zheng He (Cheng Ho).
Jejak Sejarah Gotheborg
Setelah delapan tahun dikerjakan sejak Juni 1995, replika kapal Gotheborg akhirnya diluncurkan ke laut pada 6 Juni 2003. Setelah melakukan berbagai uji coba pelayaran, diputuskan kapal tiruan ini layak melakukanperjalanan jauh.
Sesuai dengan kapal aslinya, replika ini dijadwalkan akan melakukan perjalanan melintasi jalur sutra laut (Silk Road on the Sea). Termasuk melintasi jalur pelayaran yang pernah dilakukan Laksamana Zheng He (Cheng Ho) 1405-433.
Rute pelayaran replika Kapal Gotheborg ini mengawali pelayarannya sejak 2 Oktober 2005. Kapal berangkat dari pelabuhan Gothenburg (Swedia) menuju Cadiz (Spanyol) melintasi Laut Utara (North Sea) kemudian menyusuri perairan barat Afrika dan menyeberang Samudra Atlantik ke Recife (Brasil). Dari sana kembali menyeberang ke Cape Town lalu singgah lagi di Port Elizabeth (Afrika Selatan).
Dari Port Elizabeth melintasi Samudera Hindia menuju Fremantle (Australia). Setelah sandar di Fremantle, kapal bergerak ke utara melintasi Selat Sunda dan singgah di Jakarta (Indonesia) pada 18 Juni 2006. Di Jakarta, kapal Gotheborg sandar selama 10 hari sebelum melanjutkan rutenya ke Guang Zhou (RRC). Lalu meneruskannya ke Shanghai (RRC). Dari Shanghai kapal memutar dan singgah di Victoria (Hongkong). Menurut rencana dari Hongkong kapal akan singgah di Singapura pada 30 Desember 2006.
Dari Singapura, perjalanan diteruskan melintasi Selat Malaka berbelok ke Samudera Hindia dan memasuki gugus kepulaun Republik Mauritus dekat Madagaskar. Kemudian kapal berbelok ke Port Elizabeth lalu ke Cape Town. Dari sini kembali melintasi Samudera Atlantik dan singgah di Ascension Island (Inggris).
Lalu pelayaran berlanjut hingga ke Azores (Portugis). Dari kepulauan wilayah Azores akan berbelok menuju London (Inggris). Setelah singgah di London, kapal Gotheborg akan mengakhiri pelayarannya dan kembali ke Gothenburg pada September 2007.
Total seluruh rute tempuh kapal Gotheborg pergi pulang akan melintasi jarak sejauh 37.000 mil laut atau 68.524 km.
Namun rute perjalanan itu kemungkinan bisa saja dievaluasi. Alternatif jalur pelayaran lainnya adalah melakukan perjalanan potong kompas dari Terusan Suez melintasi Laut Mediterranian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri komentar pada artikel ini